Danau Beratan adalah sebuah danau yang terletak di kawasan Bedugul, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. Danau yang terletak paling timur di antara dua danau lainnya iaitu Danau Tamblingan dan Danau Buyan, yang merupakan gugusan danau kembar di dalam sebuah kaldera besar, Danau Beratan cukup terkenal.
Terletak di jalan provinsi yang menghubungkan Denpasar-Singaraja serta letaknya yang dekat dengan Kebun Raya Eka Karya menjadikan tempat ini salah satu daya tarikan pelancongan pulau Bali. Disamping mudah kesana, Danau Bratan juga menyediakan bermacam pesona dan akomodasi yang memadai.
Pengunjung boleh mengelilingi tasik dengan menyewa speedboat dengan harga yang berpatutan.
10-14 Jan 2019
KUALA LUMPUR ( KLIA ) ke I Gusti Ngurah Rai
Lapanganterbang Ngurah Rai merupakan yang ketiga tersibuk di Indonesia, selepas Lapanganterbang Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta dan LT Juanda di Surabaya. Nama ini diambil dari nama I Gusti Ngurah Rai, seorang pahlawan Indonesia dari Bali.
Lapanganterbang Antarabangsa I Gusti Ngurah Rai didirikan pada tahun 1930 oleh Department Voor Verkeer en Waterstaats (Department Pekerjaan Umum). Landasannya berupa airstrip sepanjang 700 meter dari rumput di tengah ladang dan pekuburan di desa Tuban. Kerana lokasinya terletak di Desa Tuban, masyarakat sekitar menamakan airstrip ini sebagai Pelabuhan udara Tuban. Tahun 1935 sudah dilengkapi dengan peralatan telegraph dan KNILM (Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaar Maatschappij) atau Royal Netherlands Indies Airways mendarat secara rutin di South Bali, yang merupakan nama lain dari Pelabuhan Udara Tuban.
Tahun 1942 Airstip South Bali dibom oleh Tentera Jepun, yang kemudian dikuasai untuk tempat mendaratkan pesawat tempur dan pesawat angkut mereka. Airstrip yang musnah akibat pengeboman diperbaiki oleh Tentera Jepun dengan menggunakan Pear Still Plate (sistem plat baja).
Lima tahun berikutnya 1942-1947, airstrip mengalami perubahan. Panjang landas pacu menjadi 1200 meter dari semula 700 meter. Tahun 1949 dibangun gedung terminal dan menara pengawas penerbangan sederhana yang terbuat dari kayu. Komunikasi penerbangan menggunakan transceiver kode morse.
Untuk meningkatkan kepariwisataan Bali, Pemerintah Indonesia kembali membina gedung terminal internasional dan memanjangkan landas pacu kearah barat yang semula 1200 meter menjadi 2700 meter dengan overrun 2 x 100 meter. Projek yang berlangsung dari tahun 1963-1969 diberi nama Projek Airport Tuban dan sekaligus sebagai persiapan internasionalisasi Pelabuhan Udara Tuban.
Proses reklamasi pantai sejauh 1500 meter dilakukan dengan mengambil material batu kapur yang berasal dari Ungasan dan batu kali serta pasir dari Sungai Antosari – Tabanan.
Seiring selesainya temporary terminal dan runway pada Projek Airport Tuban, pemerintah merasmikan pelayanan penerbangan internasional di Pelabuhan Udara Tuban, tanggal 10 Ogos 1966.
Pengembangan Pelabuhan Udara Tuban dirasmiankan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 1 Ogos 1969, yang sekaligus menjadi momen perubahan nama dari Pelabuhan Udara Tuban menjadi Pelabuhan Udara Internasional Ngurah Rai (Bali International Airport Ngurah Rai).
Lapanganterbang Antarabangsa I Gusti Ngurah Rai akan mampu menampung hingga 25 juta penumpang.
Artikel Sejarah Lapanganterbang Antarabangsa I Gusti Ngurah Rai Bali diatas di ambil sumbernya dari Wikipedia.Terima kasih.
Sebenarnya setiap orang pasti juga ingin tinggal di persekitaran yang bersih dan bebas sampah. Tapi sayangnya sebahagian orang masih susah untuk diajak berdisiplin dalam menjaga kebersihan.
Masalah kebersihan itu bukan semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah saja, tapi juga setiap orang yang tinggal di daerah tersebut. Dengan kerjasama dan tanggung jawab yang baik dari masyarakat serta pemerintah, maka desa yang bersih bebas sampah sebenarnya bisa tercipta. Seperti beberapa desa berikut ini.

*ITINERARI PAKEJ K.LUMPUR - BALI*
PENANG - MEDAN - BALI
PENANG - MEDAN - BALI
4 hari / 3 malam. ( cadangan pakej pelancongan 2019)
*PERJALANAN*.
Pesawat petang dari KL.
PAGI dari Penang - Medan - Bali
PAGI dari Penang - Medan - Bali
Tiba Jam 8.00 Malam di *I Gusti Ngurah Rai* Airport / Kuta.
*Check In Hotel* / REHAT
*HARI PERTAMA*
1. Monkey Forest
2. Ubud
3. Tagallalang/teres sawah
4. Ladang kopi luwak
5. Gunung Batur
6. Bebek Tepi Sawah / makan
*HARI KEDUA (2)*
Nusa dua & Uluwatu. Semalam ke.
1. Pantai Tanjung Benoa
2. Turtle Island
3. Waterblow
4. Pusat Peribadatan Puja Mandala - 5 rumah ibadat di satu kompleks ( zohor di Masjid Agung Ibnu Battutah)
5. Pantai Pandawa
6. Pantai Melasti
7. Pantai Dreamland
8. Bukit Peninsula
9. Uluwatu temple (sunset & kecak Dance)
*HARI KETIGA (3)*
1. Dolphin / Lovina / Laut Bali
2. Ulun Dana / Tasik / speed boat
2. Jatisuwih / teres sawah
3. Kedai Cenderamata
Berangkat pulang ke KL jam 10.00 Malam.
( Tertakluk kepada pindaan )
( Tertakluk kepada pindaan )
*TERIMA KASIH*.
BERSAMA EN.YUSOF HJ IDRIS
Mengambil kesempatan masa dalam kesibukan tugas harian untuk melihat dan meninjau alam dan bumi Bali. Untuk membuat penelitian tentang beberapa perkara positif tentang Pulau Bali. Sering kita mendengar tentang yang negatif tentang bali seperti pusat Agama Hindu dan Candi2.
TUNGGU GRAB. SORRY WE ARE BUSY
HJ JAMALUDIN/HJH FAUZIYAH/M.ARIFF FAUZANI DAN EN.YUSOF HJ IDRIS.
FLIGHT PENANG KE KUALA LUMPUR DAN DENPASAR BALI 10.01.2018
AKHIRNYA NAIK MITSHUBISHI TRITON KHAIRUL KE PENANG AIRPORT.
SEMENTARA MENUNGGU PENERBAGAN KE KUALA LUMPUR
Menikmati hidangan ringan sementara menunggu penerbangan ke KL.
KERETAPI KLIA2 KE KLIA.



SAKSIKAN AKSI DAN GELAGAT DOLPHIN DI LOVINA BALI.
JUGA TERUMBU KARANG YANG INDAH.
https://www.youtube.com/watch?v=L_X5kaD0L4g

Sejarah Pulau Penyu Bali
Seperti yang kita ketahui, penyu adalah salah satu binatang yang telah hidup sejak ratusan juta tahun yang lalu, iaitu di era zaman dinosaurus. Binatang yang kuat berenang melintasi samudera ini mulai punah. Banyak hal yang mendalanginya.
Dari ratusan telur yang keluar dari penyu betina, hanya belasan yang kembali ke lautan dan menjadi dewasa. Penyu juga juga menjadi makanan enak bagi binatang-binatang predator di air. Manusia pun menjadi salah satu penyebab berkurangnya penyu kerana diburu untuk dijual atau dimakan demi kesihatan.
Kejadian yang sama juga terjadi di Bali. Pada tahun 90-an, penyu hijau sudah nyaris pupus di Bali. Penyu Hijau ini adalah salah satu haiwan kurban yang wajib ada di Upacara Ritual di Pura-pura Bali. Tidak hanya itu saja, daging Penyu adalah santapan yang sangat digemari oleh masyarakat Bali.
Alhasil populasi penyu menurun secara drastik sampai akhirnya pemerintah melarang penangkapan serta jual beli penyu. Untuk upacara keagamaan pun, kurban Penyu hanya dibenarkan di Pura-Pura besar ketika ritual keagamaan yang sangat penting. Itupun, mereka hanya boleh mempersembahkan 1 ekor penyu kecil.
Masyarakat Tanjung Benoa yang melihat kondisi penyu yang parah pun berfikir untuk melindunginya. Kebetulan di area Tanjung Benoa terdapat sebuah pulau berupa hamparan pasir dengan rawa-rawa. Pada saat air pasang pun, daratan ini akan ditutupi oleh air laut. Melihat keadaan persekitaran yang sesuai sebagai habitat penyu dan tempat pemeliharaan maka masyarakat pun bekerjasama mengelolanya. Tempat ini pun akhirnya dikenal sebagai pelancongan pulau Penyu di Tanjung Benoa.
Masjid Agung Ibnu Batutah.
Lokasi Nusa Dua, jalan menuju ke Uluwatu.
Masjid Agung Ibnu Batutah ini terletak di pinggir jalan raya dari arah Nusa Dua menuju Uluwatu, sebelum sampai di Sekolah Tinggi Pariwisata Bali.
Pemandangan di masjid ini sangat indah karena lokasi nya terletak di bukit yang cukup tinggi. Kalau kita berdiri dan melihat ke sebelah barat laut masjid kita akan melihat Kuta dan Bandara Ngurah Rai samar-samar di kejauhan.
Pantai Pandawa, salah satu pantai pasir putih terkenal di Bali yang wajib dikunjungi. Pantai Pandawa terletak di Desa Kutuh, Kabupaten Badung dan lebih terkenal dikalangan pelancong khususnya Australia dengan nama secret beach. Sedangkan masyarakat tempatan lebih mengenal dengan nama pantai Kutuh

Bagi warga muslim di Denpasar pasti sangat mengenal masjid Baiturrahmah. bukan saja menjadi pusat kegiatan keagamaan dan syiar Islam, namun juga mencatat sejarah penting mulainya jalinan hubungan kerukunan dan toleransi antara umat Islam pendatang dengan umat Hindu di Pulau Dewata.
Tidak hanya itu, masjid tersebut juga mmenjadi saksi penting bagaimana para pendahulu umat Muslim menginjakkan kaki nya di Bali hingga sekarang menjadi perumahan warga dengan sebutan Kampung Jawa.
Warga luar Bali yang melakukan perjalanan ke Bali khususnya Denpasar tidak kesulitan dalam mencari tempat untuk beribadah atau sekedar beristahat. Bangunan Masjid 3 tingkat itu bisa menjadi tempat Muslim untuk Sholat lima waktu.
Masjid yang terletak di Jalan Ahmad Yani Denpasar tersebut di imarahkan oleh sebahagian besar perantau asal Jawa dan Madura.
Menurut tokoh Kampung Muslim Jawa, Muchtar Basyir,berdirinya Masjid ini seiring dengan masuknya Islam di Pulau Dewata pada abad XVII semasa pemerintahan Raja Waturenggong.
Umat Islam kala itu kesulitan untuk memiliki tempat ibadah. Padahal jumlah umat Islam saat itu semakin bertambah, para pendatang banyak bergelut di sektor perniagaan dan perdagangan di Pasar Badung Jalan Gajah Mada.
“Hingga suatu kali Sekitar Tahun 1890-an, umat Islam ditawari oleh penguasa pemerintahan saat itu untuk menempati sebuah kawasan di sekitar kampung tangsi asrama militer Belanda,” jelas Basyir
“Ini berkat kebaikan dan toleransi saudara-saudara umat Hindu saat itu,”kata Basyir yang kini pengurus pemakaman Kampung Jawa.Saat ini, warga Muslim yang mendiami Kampung Jawa di Desa Wanasari, Kecamatan Denpasar Barat, mencapai 400 keluarga atau sekitar 7,000 orang lebih.
Dari sebutannya namanya, Kampung Jawa, maka siapapun akan mengira bahwa perkampungan tersebut terdiri dari orang Jawa, atau keturunannya.Tetapi, di Bali, Kampung Jawa yang aslinya bernama Dusun Wanasari, di Dauh Puri Kaja, Denpasar Utara ternyata didominasi oleh pendatang keturunan Madura.
“Memang orang Bali tahunya begitu, asal Islam dan bukan warga asli, yang disebut Jawa.Padahal, pendatang dari Jawa tidak begitu banyak.Selain itu juga ada warga datang dari Nusa Tenggara Barat, Sulawesi dan Sumatera” Kata Muchtar Basyir.
Meski begitu masyarakat Kampung Jawa tidak mempermasalahkannya dan bahkan selama ini hidup rukun dan saling menghormati, termasuk dengan penduduk asli di sekitarnya.
Bahkan ada istilah “saling seluk” di mana Muslim juga terlibat dalam kegiatan sosial di banjar/kantor dan sebaliknya.
Demikian juga dikenal tradisi “ngejot” atau saling bersilaturahim dan memberi bingkisan makanan saat hari raya keagamaan antara umat Hindu dan Muslim. Kini, dengan penduduk yang terus meningkat, masjid tersebut telah diubahsuai hingga dapat menampung jama’ah yang lebih ramai.
No comments:
Post a Comment