Fakta-fakta Museum Tsunami Aceh yang tak banyak orang tahu, dahsyat!
Museum ini didesain bisa untuk evakuasi jika terjadi tsunami lagi.
Lima belas tahun berlalu sejak tsunami mengempaskan Aceh. Ketika mengunjungi Aceh, perasaan getir itu terkadang mungkin masih terasa. Di Aceh sendiri, terdapat museum yang menyimpan peninggalan-peninggalan bencana tsunami 15 tahun yang lalu. Namanya adalah Museum Tsunami Aceh.
Tidak lengkap rasanya, bila berkunjung ke Aceh tanpa mengunjungi Museum Tsunami. Tetapi tak hanya sejarah tsunami saja yang nantinya dapat kamu lihat di museum ini, sebab ada fakta-fakat tersembunyi tentang Museum Tsunami yang tak banyak orang ketahui. Berikut ini adalah fakta-fakta tentang Museum Tsunami yang telah dikumpulkan brilio.net dari berbagai sumber.
1. Rancangan Ridwan Kamil
Nama Ridwan Kamil terkenal sebagai wali kota Bandung, namun banyak yang lupa kalau Museum Tsunami Aceh adalah salah satu karyanya. Sebelum menjadi wali kota Bandung, Ridwan Kamil sendiri merupakan seorang dosen jurusan arsitektur di ITB. Ridwan Kamil memenangkan 'Sayembara Merancang Museum Tsunami Aceh' yang diselenggarakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias pada 17 Agustus 2007. Museum Tsunami Aceh terbuka untuk umum pada 8 Mei 2009.
2. Bangunannya mempunyai dua makna
Bila diperhatikan dari atas, museum ini merefleksikan gelombang tsunami, tapi bila dilihat dari samping (bawah) tampak seperti kapal penyelamat dengan geladak yang luas sebagai escape building.
3. Didanai miliaran rupiah
foto: softdronk.blogdetik.com
Museum ini dibangun oleh BRR NAD-NIAS setelah perlombaan desain yang dimenangkan M Ridwan Kamil, dosen ITB dan berhak atas dana Rp 100 juta. Museum ini sendiri menghabiskan 140 miliar untuk pembangunannya.
4. Seolah-olah merasakan tsunami
Tidak hanya berfungsi sebagai monumen peringatan tsunami, namun pengunjung yang datang seolah dapat merasakan kejadian tsunami Aceh 15 tahun silam. Di dalamnya terdapat lima ruang tematik yang punya pesan masing-masing.
5. Ada nama para korban
Tsunami Aceh 2004 memakan korban jiwa hingga ratusan ribu, menyisakan nama korban dan keluarga yang ditinggalkan. Ada satu ruangan bernama Space of Sorrow atau Sumur Doa, dimana pengunjung dapat melihat nama para korban Tsunami Aceh 2004. Berbagai nama korban tertera menempel di dinding ruangan Space of Sorrow.
6. Atap berbentuk gelombang laut
Apabila dilihat, atap Museum Tsunami Aceh terlihat menyerupai gelombang laut. Unik memang, dari luar saja kamu sudah dapat melihat esensi dari museum ini yang berfungsi sebagai monumen peringatan Tsunami Aceh tahun 2004. Suasana tsunami pun makin hadir saat pengunjung masuk ke Space of Fear, dimana pengunjung dapat merasakan suasana tsunami di lorong sempit yang dihiasi oleh suara gemericik air.
7. Desain dasarnya rumah panggung Aceh
Asal-muasalnya, Museum Tsunami Aceh mengambil ide dasar Rumoh Aceh. Nuansa Rumoh Aceh pun tampak pada lantai pertama museum yang dibuat menyerupai rumah panggung, dimana merupakan rumah tradisional orang Aceh. Ridwan Kamil memang menyelipkan berbagai unsur Aceh, Islam, hingga bencana Tsunami Aceh 2004 ke dalam desain bangunannya.
8. Juga sebagai tempat perlindungan tsunami
Desain Museum Tsunami Aceh disebut 'Rumoh Aceh Escape Hill'. Hebatnya, museum tersebut tidak hanya berfungsi sebagai monumen peringatan, tapi sebagai tempat perlindungan dari bencana tsunami. Berkaca dari tragedi Tsunami Aceh 2004, Ridwan Kamil membuat taman berbentuk bukit yang dapat dijadikan lokasi penyelamatan apabila bencana tersebut terjadi lagi di masa mendatang. Atapnya yang landai dimaksudkan untuk menampung penduduk.
Banda Aceh dikenal sebagai tua yang erat kaitannya dengan sejarah gemilang Kerajaan Aceh Darussalam. Di masa kesultanan, Banda Aceh dikenal sebagai Bandar Aceh Darussalam. Kota ini dibangun oleh Sultan Johan Syah pada hari Jumat, tanggal 1 Ramadhan 601 H (22 April 1205 M). Saat ini, Banda Aceh telah berusia 813 tahun. Banda Aceh merupakan salah satu kota Islam Tertua di Asia Tenggara. Kota Banda aceh juga memerankan peranan penting dalam penyebaran islam ke seluruh Nusantara/ Indonesia. Oleh karena itu, kota ini juga dikenal sebagai Serambi Mekkah.
Di masa jayanya, Bandar Aceh Darussalam dikenal sebagai kota regional utama yang juga dikenal sebagai pusat pendidikan islam. Oleh karena itu, kota ini dikunjungi oleh banyak pelajar dari Timur Tengah, India dan Negara lainnya. Bandar Aceh Darussalam juga merupakan pusat perdagangan yang dikunjungi oleh para pedagang dari seluruh dunia termasuk dari Arab, Turki, China, Eropa, dan India. Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaan saat dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636), yang merupakan tokoh legendaris dalam sejarah Aceh.
Banyak dari pelajar dan pedagang pendatang ini akhirnya menetap di Aceh dan menikah dengan wanita lokal. Hal ini menyebabkan adanya pembauran budaya. Hingga saat ini, budaya-budaya masih menyisakan pemandangan di sudut-sudut kota Banda Aceh. Misalnya di Budaya Pecinan di Gampong Peunayong dan peninggalan kuburan Turki di Gampong Bitai.
7 Pilihan Destinasi Wisata di Aceh Besar
Foto merupakan dok. pribadi penulis
Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, memiliki banyak objek wisata alam yang menarik untuk dikunjungi. Selain masih natural, beberapa di antaranya juga memiliki medan yang sangat menantang. Hutan belantara dengan jalan setapak seadanya, plus batu-batu gunung besar yang semakin menghambat jalan sehingga yang datang pun mereka yang ingin menjelajah keasrian panorama alamnya. Ada beberapa tempat wisata yang layak dikunjungi:
1. Mon Ceunong
Foto merupakan dok. pribadi penulis
Tempat wisata ini, hanya di kunjungi beberapa anak muda yang penasaran setelah melihat foto di instagram atau BlackBerry Messenger (BBM) teman yang sudah berkunjung ke tempat ini. Akses untuk sampai ke sana, bisa dibilang amat susah. Jarak dari Banda Aceh ke Simpang Bording School Omar Dian sekitar 40 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor. Mon Ceunong berada di Kecamatan Indrapuri Aceh Besar, Provinsi Aceh. Untuk menuju ke sana harus melewati beberapa anak sungai, nanti akan ada dua tanjakan yang sangat curam dan batu besar gunung menghalang perjalanan.
Mon Ceunong, begitu masyarakat sekitar menyebutnya. Airnya berasal dari pergunungan, namun jika terus ditelusuri jalannya mencapai air terjun kuta malaka. Warna air Mon Ceunong, warna hijau tosca dan sangat dalam. di bagian atas sungai bebatuan mirip kanapi ini mengalir air yang jatuh ke sungai. Objek wisata sungai yang masih alami ini, juga dijadikan sumber air bersih warga setempat. Tempat ini belum ramai dikunjungi, karena beratnya medan yang harus dilewati.
2. Benteng Inong Balee Aceh Besar
Foto merupakan dok. pribadi penulis
Benteng inong Balee begitu namanya dikenal. Objek wisata benteng ini sudah banyak roboh hingga menyisakan reruntuhan batu. Meski demikian, dari atas benteng ini pemandangan yang indah disuguhkan dengan baik dan luar biasa indah apalagi jika hari sedang cerah.
Benteng ini terletak di Ujung Timur Teluk Krueng Raya. Benteng ini erat kaitannya dengan laksamana laut wanita pertama Kesultanan Aceh yang berjasa besar dalam mengawal diplomasi internasional antara Aceh dengan negara-negara Eropa yaitu Keumala Hayati atau dikenal dengan Malahayati sehigga benteng ini disebut juga benteng Malahayati.
Benteng tersebut berbentuk persegi panjang, batas temboknya sudah dipenuhi semak belukar baik di kiri maupun di kanan sedangkan sebelumnya terdapat ladang masyarakat, untuk sampai ke benteng ini harus melewati jalan yang rusak parah lebih pas disebut jalan setapak.
Meski demikian, setelah melalui jalan yang rusak parah tersebut, letih kita akan terbalas begitu sampai ke atasnya. Karena ketika sampai di benteng ini apalagi turun ke bawahnya, pemandangannya yang manakjubkan telah menghilangkan semuanya itu.
3. Le Su’um Aceh Besar
Desa Ie Su’um, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar yang terletak di kaki Gunung Meuh dengan sumber air panas dari Seulawah mempunyai sebuah objek wisata dengan nama yang sama Ie Su’um. Ie su’um dalam bahasa Indonesia artinya air panas.
Jarak antara Ie Su’um dengan Kota Banda Aceh hanya 35 kilometer. Dari jalan utama Krueng Raya menuju ke wisata Ie Su’um harus melewati pergunungan yang asri hingga sampai disana. Begitu sampai ke objek wisata ie suum sebelum masuk ada petugas yang mengambil tiket dari para pengunjung seharga Rp 3 ribu per orang.
Begitu sampai ke Ie Su’um, maka pemandangan yang disuguhi adalah batu-batu yang tertata tidak merata dengan uap mengepul mengantarkan hawa panas yang melegakan.Saat penulis mengunjungi Ie Su’um beberapa waktu lalu, terdapat tiga kolam permanen khusus anak, dan dua kolam untuk pria, dan wanita (terpisah), serta mushalla yang masing-masing kolam terpisah.
Di sekitar objek wisata pegunungnan ini, Ie Su’um banyak masyarakat yang berjualan dan pada hari libur banyak orang yang mengunjungi tempat wisata ini, sekedar melepas lelah atau untuk berendam. Di tempat wisata yang disuguhi panorama alam ini, tersedia panti pijat Ie Su’um. Dimana panti pijat ini terdapat air panas yang dialirkan lewat saluran kecil yang mengeluarkan uap.
4. Lhok Seudu
Foto merupakan dok. pribadi penulis
Lhok Seudu. Mereka yang wara wiri melintas dan melancong Gunung Geurute akan melewati tempat ini. Letak Lhok Seudu yang berada di Kabupaten Aceh Besar sekira 30 Km ke arah barat Kota Banda Aceh. Daerah ini, seperti daerah Aceh Besar lainnya menyimpan potensi alam yang indah untuk wisata pantai, khususnya wisata mancing.
Daerah Lhok Seudu yang paling banyak didatangi oleh para wisatawan lokal adalah Lhok Syang terdapat kantin Ujong Glee. Kantin ini berada di atas gunung yang di bawahnya terdapat pemandangan yang menakjubkan dilengkapi dengan dermaga kayu yang menuju kepantai. Dermaga kayu ini memang sengaja disediakan untuk menikmati senja di bawahnya, setelah menyantap mie kuah dan air kelapa muda, serta kuliner lainnya di tempat ini.
Jika Anda ingin menikmati wisata senja di atas bukit ini, tidak dikutip bayaran, cukup membayar biaya jasa pakir Rp2.000/motor dan “wajib” memesan makanan dan minuman yang tersedia di kantin yang menjual panorama alam Lhok Seudu yang bisa dinikmati dari atas bukit.
5. Bukit Gundul Semeuregui
Sebuah desa di Kecamatan Jantho, Kabupaten Aceh Besar, bernama Desa Jalin, letaknya diujung jalan. Jaraknya sekitar 90 menit ke arah timur Kota Banda Aceh. Kawasan desa ini adalah perbukitan gundul. Jalan menuju ke bukit ini tidak mudah, setelah jalanan Jantho dan bertemu ujung jalan dengan jalan yang sangat parah akhirnya berjumpa dengan tempat parkir dengan kutipan Rp5.000/motor. Di hadapan parkir terpampang barisan bukit plus air sungai yang jernih yang diatasnya ada jembatan. Begitu melewati jembatan yang dibawahnya ada sungai langsung medan mendaki bukit. Tanah berbentuk tangga mempermudah pendakian, hingga membunuh waktu satu jam untuk sampai ke puncak bukit meski lelah tidak terkira, ternyata semuanya terbayar dengan panorama alam harmoni indah. Sungai yang berbelok-belok dan sawah terlihat dari ketinggian bukit. Meskipun kebayakan pendaki datang kemari untuk mengambil beberapa foto namun di sini terdapat jalinan kasih sayang alam, di mana-mana ada tulisan motivasi “ragu-ragu pulang”.
6. Kolam mata ie
Mata Ie, masyarakat mengenal dengan wahana permainan air Hillside dan Kolam Mata Ie. Lokasinya terletak di Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar. Atau berdekatan dengan Rindam Iskandar Muda.
Mata Ie dalam bahasa Indonesia yang artinya sumber mata air, airnya berasal dari alam yang kemudian mengalir ke Krueng Daroy dan sungai Krueng Doy di Banda Aceh. Di tempat pemandian yang dibuka untuk umum ini terdapat dua kolam pemandian yang kedalaman airnya berbeda. Satu dangkal (khusus untuk anak-anak) dan satu lagi dalam (khusus bagi dewasa).
Kolam pemandian alam ini ramai dikunjungi masyarakat untuk berenang dan cuci pakaian saat Sabtu dan Minggu. Setiba di tempat ini, udara bersih dan sejuk akan dinikmati karena disekitar kolam pemandian di tempat ini masih banyak dijumpai pepohonan besar.
Untuk ke tempat ini, bisa menggunakan transportasi umum dan atau pribadi. Selain jalannya yang mulus, Anda tidak tersesat karena berada tak jauh dari jalan besar. Untuk menandainya terdapat sebuah masjid yang tak jauh dari pintu masuk ke lokasi pemandian alam yang dibuka untuk umum ini.
Tiba di tempat ini, Anda hanya merogoh kocek Rp3000/orang untuk biaya distribusi masuk dan pakir Rp1000/sepeda motor atau Rp2000/mobil.
7. Teluk Jantang
Teluk yang keindahan pantai nya masih tersembunyi ini, terletak di sebuah desa di Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar, tepatnya di Desa Jantang, Meunasah Krueng Kala Pasie Blang Raya. Sekitar 1 jam dengan kenderaan pribadi, ke arah barat dari Kota Banda Aceh, setelah melewati Gunung Paro dan Gunung Kulu. Jika memasuki pantai ini, setiap kendaraan diwajibkan membayar parkir Rp 5.000 untuk satu kendaraan dan Rp 5.000 untuk biaya masuk per orang.
Setelah memakir motor, pengunjung harus melewati jalan setapak yang berjarak sekitar 100 meter ke Pantai Jantang. Jika air sedang tidak pasang, tidak perlu membuka sepatu melewati aliran sungai kecil menuju trek bukit yang sebenarnya hanya sebuah muara kecil. Setelah itu, menaiki bukit namun hati-hati jika datang di musim penghujan, jalan setapak tanpa aspal itu bisa jadi sangat licin. Setelah naik satu lereng bukit dengan rerumputannya, akan terlihat pantai dengan suara pecahan gelombang Teluk Jantang yang menepi ke pinggir pantai.
No comments:
Post a Comment