JAMALUDIN ASAARI

Saturday, March 9, 2019

PADANG BUKIT TINGGI 16-20 April 2019




Selamat sampai di KLlA2
di tunggu oleh anak2 dan cucu.


Peserta rombongan.


Sayonara - Minangkabau Airport


Ukhuwwah dan mahabbah 
Di Padang 19-04-2019

Rekreasi - Aktiviti ATV
Pantai Air Manis.


Santai ATV

Pantai Air Manis Padang


Pantai Malin Kundang




Ngarai Sianok







Bersama Haji Kamal Kota Padang
Pengusaha Musafir Inn Padang.


Legenda Malin Kundang

Malin Kundang adalah kaba yang berasal dari provinsi Sumatra Barat, Indonesia. LegendaMalin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu. Sebentuk batu di pantai Air Manis, Padang, konon merupakan sisa-sisa kapal Malin Kundang.
Cerita rakyat yang mirip juga dapat ditemukan di negara-negara lain di Asia Tenggara. Di Malaysia cerita serupa berkisah tentang Si Tenggang[1] yang berasas dari kisah lebih awal lagi pada 1900 dalam buku Malay Magicyang ditulis oleh Walter William Skeat sebagai satu cerita rakyat berjudul Charitra Megat Sajobang. Cerita Si Tenggang pernah diterbitkan oleh Balai Pustaka, Jakarta pada 1975 sebagai judul Nakoda Tenggang: sebuah legenda dari Malaysia.


Aktiviti ATV
Pantai Air Manis Padang


Legenda Malin Kundang 
Pantai Air Manis Padang.


Makan malam murtabak
Es durian dan pulut kaya


MUSAFIR INN KOTA PADANG
BERSAMA HAJI KAMAL/ISTERI
19-04-2019


RESTORAN KEPALA IKAN
KOTA PADANG.


MAKAN TENGAHARI
BERSAMA H.KAMAL PADANG


KEENAKAN KARI
KEPALA IKAN PADANG


HOMESTAY AMBACANG
KOTA TINGGI.


http://getlost.id/wp-content/uploads/2018/06/Masjid-Raya-Sumatera-Barat-696x464.jpg
Sumatera Barat bisa dikatakan sebagai destinasi wisata yang lengkap karena menawarkan varian atraksi yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan. Provinsi ini memiliki wisata alam yang tiada tara; bagi pemburu tempat-tempat bersejarah bisa mendatangi sejumlah museum, monumen, dan bangunan peninggalan zaman penjajahan; yang gemar wisata kuliner, jangan ditanya kehebatan masakan khas tanah Minang yang makin berjaya setelah sajian rendang diakui UNESCO sebagai makanan khas Indonesia. Bertualang mengitari Sumatera Barat membawa kita ke empat kota penting yang berdiri dengan pesonanya masing-masing, yaitu Padang si ibu kota, Bukittinggi yang dideskripsikan sebagai Yogyakarta-nya Sumatera, kota tambang Sawahlunto, dan Payakumbuh yang menawan.
Sebagai salah satu kota besar di Pulau Sumatera, Padang kian berkembang secara ekonomi, berbeda dengan ranah wisata. Beberapa waktu silam Padang hanya dijadikan tempat persinggahan saat mendarat di Bandara Internasional Minangkabau, sebelum beranjak ke kota-kota lain di Sumatera Barat yang dirasa lebih menarik. Namun, hal ini berubah seiring dengan penambahan infrastruktur, apalagi sejak Padang menjadi salah satu kota di Sumatera Barat yang turut serta dalam perhelatan lomba balap sepeda tingkat internasional, Tour de Singkarak. Padang semakin geliat menunjukkan diri, tak lagi menjadi sebatas gerbang masuk.
Yang Menarik di Padang
Idealnya untuk menjelajah kota Padang dibutuhkan waktu dua hari, dengan kondisi perjalanan dilakukan tanpa memburu waktu agar pejalan bisa menikmati tiap destinasi yang dikunjungi. Jika ingin melakukan penjelajahan ke pulau-pulau sekitar Padang atau mengunjungi pantai-pantai di sekitaran Padang Pariaman, sediakan satu hari untuk mengitarinya. Kami rangkum beberapa destinasi pilihan yang bisa dikunjungi saat berlibur di Padang.
  • Masjid Raya Sumatera Barat
Dibangun pada 2007 silam, Masjid Raya Sumatera Barat tidak hanya menjadi kebanggaan warga Padang dan sekitarnya, namun juga menjadi salah satu destinasi yang disasar para wisatawan. Jika baru tiba dari arah Bandara Internasional Minangkabau, posisi masjid berada sesaat sebelum memasuki pusat kota, dan dari jauh sudah terlihat lekuk atap bangunan yang khas seperti rumah gadang, rumah khas Minangkabau. Sebagai tempat ibadah, masjid ini mendapat kehormatan menyambut Presiden Joko Widodo yang melakukan salat Ied Idul Fitri saat merayakan Lebaran di kota Padang pada 2016. Selain itu, masjid raya ini dipusatkan menjadi tuan rumah kegiatan keagamaan berskala regional, mulai dari tablig akbar dan pertemuan jamaah.
  • Pantai Padang
Objek wisata alam kesukaan warga lokal yang kerap menghabiskan waktu di sini menjelang sore, tak terlepas hari kerja maupun akhir pekan. Sering disebut taplau, singkatan dari tapi lauik, yang diartikan tepi laut, Pantai Padang membentang dari daerah Purus hingga muara Batang Arau. Memang Pantai Padang bukanlah tipikal pantai berpasir putih dan warna air bergradasi biru-pirus seperti pantai-pantai di kawasan Indonesia Timur, malah arus pantai cenderung kencang karena berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Namun, keindahan Pantai Padang tersaji sempurna saat mentari terbenam, inilah salah satu lokasi terbaik di Padang untuk menikmati senja, ditambah tak ada biaya masuk yang dibebankan untuk menikmati semua itu. Pengunjung biasanya duduk-duduk di tepi pantai sembari menikmati pisang bakar atau kudapan lainnya, ada pula yang bermain layang-layang, sisanya sibuk berpose di depan Monumen Merpati Perdamaian yang berada dekat tepian pantai, yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 2016.
http://getlost.id/wp-content/uploads/2018/06/Jembatan-Siti-Nurbaya.jpg
  • Kota Tua Padang
Padang juga memiliki kawasan Kota Tua yang berada di pesisir Sungai Batang Arau, yang tampak apik dengan bangunan-bangunan berciri khas Belanda dan Tiongkok. Datanglah pagi hari atau menjelang sore saat matahari tidak bersinar pekat, cukup berjalan kaki atau naik sepeda menyusuri  jalan dan lorong pejalan seperti ditarik ke masa lalu. Mulailah penjelajahan dari Jalan Keleteng, lalu ke Jalan batang Arau, diteruskan ke Jalan Pasa Batipuah, di mana sepanjang jalan akan ditemui bangunan-bangunan tua yang menarik sebagai objek foto. Tak jauh dari kawasan Kota Tua, wisatawan bisa melintas di Jembatan Siti Nurbaya yang menawarkan pemandangan ke arah Pelabuhan Muaro dengan kapal-kapal kayu yang diparkir di tepi sungai atau hanya untuk menikmati suasana sambil menyantap jagung atau pisang bakar. Bisa juga memilih untuk menyeberangi Jembatan Kuning yang tak jauh dari Jembatan Siti Nurbaya untuk menyusuri Jalan Palinggam. Pastikan untuk mengunjungi Kelenteng See Hien Kiong yang berada di Jalan Kelenteng, yang pindah lokasi setelah bangunan sebelumnya diguncang gempa bumi. Kelenteng See Hien Kiong awalnya bernama Kelenteng Kwam Im Teng yang dibangun sekitar 1861, bermaterialkan kayu dan beratapkan daum rumbia oleh pedangang asal Tiongkok bermarga Tjian gan Tjoan Tjioe.
  • Pantai Air Manis dan Batu Malin Kundang
Legenda ataupun kisah nyata, Malin Kundang yang dikutuk menjadi batu menjadi salah satu kisah menarik yang sudah diturunkan dari generasi ke generasi, terlebih karena mengandung pesan moril yang mendalam. Bagi mereka yang baru pertama kali bertamu di Padang tak ingin melewatkan kesempatan untuk melihat langsung hamparan batu di Pantai Air Manis yang dapat ditempuh dari kota Padang sekitar 45 menit perjalanan. Dengan tiket masuk Rp 5.000 per orang, pengunjung bisa memasuki areal pantai dan bergerak menuju tepiannya untuk melihat langsung hamparan batu yang membentuk seperti orang yang sedang bersujud. Tak ada yang tahu sejak kampan hamparan batu ini muncul dan dipercaya sebagai anak yang dikutuk menjadi batu. Karena sering terkikis air laut, warga setempat berusaha melestarikan batu tersebut dengan menambal bagian yang terkikis degnan semen. Di sekitar pantai juga terdapat pohon batun dengan buah yang mirip siwalan. Konon daunnya yang lebar-lebar itu digunakan oleh Emak si Malin untuk membungkus makanan ketika ia tahu kapal Malin akan merapat di Air Manis. Di balik bukit Air Manis pun terdapat sebuah perkampungan yang dipercaya sebagai tempat Malin dan ibundanya pernah tinggal.
http://getlost.id/wp-content/uploads/2018/06/Cubadak-Island-1.jpg
Jelajah Sekitar Padang
  • Wisata Pulau
Selain mengitari kawasan pusat kota dan sekitarnya, pejalan bisa menikmati wisata ke Pulau Pasumpahan, Pulau Pagang, Pulau Pemutusan, dan Pulau Sikuai yang dikelilingi pantai-pantai cantik, yang bisa diakses dari Pantai Bungus yang berjarak sekitar 20 kilometer di selatan Padang. Dari situ, pejalan bisa menggunakan jasa tur sehari yang tersedia mudah dengan tarif mulai dari Rp 250.000-Rp 350.000 per orang, di mana paket tur biasanya sudah termasuk makan siang dan peralatan menyelam. Jika ingin menyingkir dari keramaian, Pulau Cubadak yang sepi bisa menjadi alternatif destinasi yang juga menawarkan perairan jernih dan pasir putih. Pulau ini memiliki sebuah resor, yaitu Cubadak Paradiso Village yang dapat diakses dari Pelabuhan Coro Cok yang berjarak sekitar dua jam perjalanan dari pusat kota Padang. Untuk paket menginap semalam (sudah termasuk tiga kali makan, fasilitas peralatan snorkeling, bermain kano, serta biaya penjemputan dan pengantaran) tamu dikenakan tarif mulai dari Rp 1.500.000.
  • Pantai-pantai di Padang Pariaman
Jika baru mendarat di Padang, bisa melakukan kunjungan setengah hari ke beberapa pantai yang berada di Kabupaten Padang Pariaman. Letak Bandara Internasional Minangkabau yang masih berada di Kabupaten Padang Pariaman tentunya akan memangkas waktu perjalanan ke Pariaman dibandingkan mesti ke Padang terlebih dulu. Sekiranya dibutuhkan sekitar satu jam perjalanan dari bandara untuk mencapai Pantai Gandoriah, salah satu pantai populer di Pariaman yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan Festival Tabuik yang dirayakan untuk memperingati Asyura, gugurnya Imam Husain, cucu Muhammad. Tabuik yang adalah usungan jenazah akan dibawa selama prosesi, kemudian dilabuhkan ke laut setiap tahunnya sejak 1831, tepatnya pada 10 Muharram. Susuri juga Pantai Kata yang merupakan singkatan dari Pantai Karan Aur-Taluak, yang khas dengan taman pinus dan makanan laut yang dijajakan penduduk setempat. Jika mencari pantai yang minim pengunjung, ada Pantai Arta yang terletak di Jalan Raya Padang-Lubuk Basung.

Pilihan Tempat Kuliner di Padang
  • Soto Garuda, Jl. Letjen S. Parman 112-B-C-E, jam buka: 07:00-21:00
  • RM Lamun Ombak, Jl. Kapten Sulaiman No. 99, jam buka: 07:30-22:00
  • Es Durian Ganti Nan Lamo, Jl. Pulau Karam No. 103B, jam buka: 08:00-22:30
  • Martabak Kubang Hayuda, Jl. Moh. Yamin No. 138, jam buka: 14:00-00:00
Selepas Padang, petualangan mengitari Sumatera Barat dilanjutkan ke kota berhawa sejuk di Kabupaten Agam, yang sempat menjadi ibu kota Indonesia semasa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) periode 1948-1949. Disapa Bukittinggi, kota ini cantik searah mata memandang, sarat sejarah, serta berlimpah kuliner yang menggoyang lidah.


Ngarai Sianok















  • Baca dalam bahasa lain
  • Pantau halaman ini
  • Sunting

Ngarai SianokNgarai Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di perbatasan kota Bukittinggi, di kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Lembah ini memanjang dan berkelok sebagai garis batas kota dari selatan ngarai Koto Gadang sampai ke nagari Sianok Anam Suku, dan berakhir di kecamatan Palupuh. Ngarai Sianok memiliki pemandangan yang sangat indah dan juga menjadi salah satu objek wisata andalan provinsi.Ngarai Sianok yang dalam jurangnya sekitar 100 m ini, membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m, dan merupakan bagian dari patahan yang memisahkan pulau Sumatra menjadi dua bagian memanjang (patahan Semangko). Patahan ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau—hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal)—yang dialiri Batang Sianok (batang berarti sungai, dalam bahasa Minangkabau) yang airnya jernih. Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai karbouwengat atau kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai ini.
Batang Sianok kini bisa diarungi dengan menggunakan kano dan kayak yang disaranai oleh suatu organisasi olahraga air "Qurays". Rute yang ditempuh adalah dari nagari Lambah sampai jorong Sitingkai nagari Palupuh selama kira-kira 3,5 jam. Di tepiannya masih banyak dijumpai tumbuhan langka seperti rafflesia dan tumbuhan obat-obatan. Fauna yang dijumpai misalnya monyet ekor panjang, siamang, simpai, rusa, babi hutan, macan tutul, dan juga tapir.


Jam Gadang













  • Baca dalam bahasa lain
  • Pantau halaman ini
  • Sunting

Jam Gadang adalah nama untuk menara jamyang terletak di pusat kota Bukittinggi, Sumatra Barat, Indonesia. Menara jam ini memiliki jam dengan ukuran besar di empat sisinya sehingga dinamakan Jam Gadang, sebutan bahasa Minangkabau yang berarti "jam besar".
Jam Gadang
Jam Gadang, Bukittinggi, 2016-02-12 01.jpg
Jam Gadang dilihat dari arah Pasar Atas






Danau Maninjau adalah sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang, ibukota Sumatra Barat, 36 kilometer dari Bukittinggi, 27 kilometer dari Lubuk Basung, ibukota Kabupaten Agam.




Makan tengahari balik 
dari Puncak Lawang

Puncak Lawang merupakan nama suatu puncak dataran tinggi di Kabupaten AgamSumatra Barat. Dari tempat ini, kita bisa meihat birunya Danau Maninjau. Puncak Lawang terletak di Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Ini daerah puncak menuju Danau Maninjau. Dari sini kita dapat melihat pemandangan Danau Maninjau secara utuh
Puncak Lawang berada di 1.210 mdpl. Di zaman penjajahan, tempat ini digunakan sebagai tempat peristirahatan bangsawan Belanda. Puncak Lawang sering digunakan untuk kejuaraan olahraga paralayang kelas internasional karena merupakan salah satu spot terbaik di Asia Tenggara.[1] Untuk mencapai kawasan Puncak Lawang, kita akan melewati perjalanan dengan 44 belokan yaitu Kelok 44.


Scenario perjalanan ke Puncak Lawang


Homestay Ambacang


Bus Pariwisata 15 seats


LEMBAH HARAU

























Lembah Harau, Salah Satu Lembah Terindah di Indonesia




Lembah Harau di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.

PERJALANAN 1 setengah jam dari Bukittinggi ke arah barat tidak akan sia-sia karena Anda akan disuguhkan suasana alam pegunungan dihiasi jejeran air terjun indah setinggi sekitar 100 meter. Belum lagi tempatnya dilalui empat buah sungai yang jernih siap memanjakan mata Anda.

Lembah Harau merupakan lembah yang subur terletak di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Berada sekitar 138 km dari Padang dan sekitar 47 km dari Bukittinggi atau sekitar 18 km dari Kota Payakumbuh dan 2 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota. Tempat ini dikelilingi batu granit terjal berwarna-warni dengan ketinggian 100 sampai 500 meter.

Transportasi umum siap mengantarkan Anda yang datang melalui Bukittinggi. Menyewa minivan atau sepeda motor akan memastikan waktu berkunjung Anda di dataran tinggi Minangkabau lebih tepat. dan inilah salah satu lembah terindah di Indonesia.

Harau diyakini berasal dari kata ‘parau’, istilah lokal yang artinya suara serak. Dulu, penduduk yang tinggal di atas Bukit Jambu sering menghadapi banjir dan longsor sehingga menimbulkan kegaduhan dan kepanikan. Penduduknya sering berteriak histeris dan akhirnya menimbulkan suara parau. Dengan ciri suara penduduknya banyak yang parau didengar maka daerah tersebut dinamakan ‘orau’ dan kemudian berubah nama menjadi ‘Arau’ hingga akhirnya penyebutan lebih sering menjadi ‘harau’.

Melakukan perjalanan sejauh 44 kilometer ke arah Pekanbaru dan Riau maka Anda akan berhenti di Lembah Harau dengan tebing batu granit curam setinggi 80-300 meter. Pagar tebing cadas yang curam dan lurus berwarna kemerah-merahan tegak mengelilingi lembah begitu menawan untuk Anda pandang dan sempurna dalam rekaman foto.

Lembah Harau memiliki iklim tropis dan tanah yang subur, juga keindahan pemandangan alam yang menawan. Lembah Harau dijuluki Lembah Yosemite di Indonesia karena memiliki keindahan seperti Taman Nasional Yosemite yang terletak di Sierra Nevada California dan telah terkenal ke seluruh dunia.

Di Lembah Harau ini terdapat air terjun bernama Bunta Waterfall atau secara lokal disebut Sarasah Bunta. Air terjun ini mengalirkan air tawar segar dari dataran tinggi dengan tiga air terjun lainnya di lembah ini. Sarasah Bunta ini mempunyai air terjun yang berunta-unta indah apabila terpancar sinar matahari seperti bidadari yang sedang mandi sehingga dinamakan Sarasah Bunta.

Air terjun Sarasah Bunta pertama kali dibuka tanggal 14 Agustus 1926 oleh Asisten Residen Lima Puluh Kota, F. Rinner bersama Tuanku Laras Datuk Kuning Nan Hitam dan Asisten Demang Datuk Kodoh Nan Hitam. Prasasti penanda ini mengisyaratkan keindahan air terjun Sarasah  Bunta.

Di Sarasah Aie Luluih, airnya mengalir melewati dinding batu dan dibawahnya mempunyai kolam tempat mandi alami yang asri. Ada kepercayaan mandi atau membasuh muka di sini dapat mengobati jerawat dan muka akan terlihat cantik dan awet muda.

Di Sarasah Murai, sering pada siangnya burung murai mandi sambil memadu kasih sehingga masyarakat menamakan ‘Sarasah Murai ‘. Ada kepercayaan di tempat ini untuk berdoa dan mandi agar lekas mendapat jodoh.

Lembah Harau sebenarnya merupakan cagar alam seluas 669 hektar. Hasil survei tim geologi asal Jerman tahun 1980 menemukan jenis batuan yang ditemukan di daerah ini identik dengan yang ditemukan di dasar laut berupa batuan breksi dan konglomerat. Legenda masyarakat Sarasah Aka Barayunjuga menceritakan bahwa di sekitar Cagar Alam Lembah Harau dulunya adalah laut.

Lembah Harau ini terdiri dari tiga kawasan yaitu Resort Aka Barayu, Resort Sarasah Bunta, dan Resort Rimbo Piobang. Resort Aka Barayun memiliki keindahan air terjun dan kolam renang ditambah nuansa alam yang asri. Selain itu juga berpotensi untuk pengembangan olah raga panjat tebing karena memiliki bukit batu yang terjal dan mampu memantulkan suara (echo). Di sini juga terdapat fasiltas penginapan berupa homestay lengkap dengan fasilitasnya. Di sinilah penggemar olah raga panjat tebing seperti menemukan surganya.

Dinding curam bukan hanya menjadi daya tarik bagi fotografer tetapi pemanjat tebing pun tertarik memanjat dinding di lembah ini dimana terdapat 300 lokasi panjat tebing. Di sisi lain, pagar tebing cadas yang curam telah menciptakan relief cantik sekaligus menantang terutama Anda yang menyukai olahraga panjat tebing.

Kecuraman tebing di tempat ini mencapai 90 derajat dengan ketinggian yang mencapai 150 hingga 200 meter. Tak salah rasanya jika Lembah Harau menjadi surga bagi pecinta panjat tebing. Para pemanjat menjuluki lembah ini sebagai Yosemite-nya Indonesia



























SUPIR PARAWISATA


Lembah Harau


AVOCADO BESAR2


Makan tengahari


Solat Zuhur 


Makan tengahari


FOTO KENANGAN 16-04-2019

Jalan-jalan ke Sumatera Barat, jangan lupa melihat Rumah Gadang! Untuk kalian yang suka budaya, pasti tahu dengan Rumah Gadang atau Rumah Godang yang merupakan rumah tradisional adat Minangkabau yang banyak dijumpai di Sumatera Barat. Bentuknya yang megah, unik dan cantik menjadikan Rumah Gadang sebagai salah satu sumber kebanggaan budaya Indonesia yang kaya. Jadi buat kalian yang penasaran, yuk simak 7 fakta menarik rumah khas Minangkabau alias Rumah Gadang!














































1. Nama Lain Rumah Gadang

Rumah Gadang
Selain Rumah Godang, Rumah Gadang juga dikenal dengan sebutan Rumah Bagonjong oleh masyarakat setempat. Julukan lain yaitu Rumah Baanjuang juga kerap didengar untuk Rumah Gadang. Jadi, semua ini adalah nama yang sama untuk merujuk pada rumah tradisional adat Minangkabau di Sumatera Barat.

2. Bentuk Khas Yang Atraktif

Sempat tampil di balik uang koin Rp 100 keluaran Bank Indonesia pada tahun 1970-an silam, Rumah Gadang punya tipe arsitektur yang serba inspiratif dan unik.
Berbentuk segi empat tidak simetris, Rumah Gadang memiliki desain yang sedikit miring keluar. Bentuknya yang tidak tegak lurus dari Rumah Gadang memang dipengaruhi oleh kondisi alam wilayah Minangkabau yang dominan dengan dataran tinggi dan rendah sehingga tahan bencana alam seperti gempa.
Atap Rumah Gadang
Desain atap yang khas berbentuk melengkuk seperti tanduk yang runcing dan lancip. Ini juga punya fungsi yaitu supaya Rumah Gadang tahan terhadap curahan hujan dan tidak membebani bangunan di bawahnya.
Terakhir, konsep dari Rumah Gadang juga bertopang pada tiang kayu yang bertumpu diatas batu datar yang kuat dan lebar. Dengan ketinggian tiang hingga 2 meter, penghuninya juga bisa aman dari serangan hewan buas pada zaman dulu.

3. Legenda Rumah Gadang

Bukan tanpa arti, bentuk tanduk runcing dari atap Rumah Gadang ternyata punya makna tersendiri. Konon, tanduk berbentuk seperti kerbau itu adalah simbol kemenangan kompetisi adu kerbau dengan seorang raja di Jawa. Peristiwa yang bersejarah ini lalu digambarkan sebagai kejayaan warna Minangkabau pada saat itu.
Asal Rumah Gadang
Versi lain dari asal muasal tanduk atap Rumah Gadang adalah terinspirasi dari bentuk kapal bernama “Lancang” yang melintasi Sungai Kampar. Setelah tiba di muara, kapal tersebut diangkat ke daratan dan diberikan atap menggunakan tiang layar yang diikat dengan tali.
Karena bebannya yang berat, tiang tersebut menjadi miring atau melengkung menyerupai gojong (bagian lancip di atap). Akhirnya, kapal tersebut berubah fungsi menjadi Rumah Gadang yang nyaman ditinggali dan hadir kian banyak untuk masyarakat Minangkabau.

4. Hanya Di Kawasan Sakral

Rumah Gadang Sakral
Tidak seluruh wilayah di Sumatera Barat memiliki Rumah Gadang. Pasalnya, Rumah Gadang hanya boleh dibangun di kawasan yang memiliki status ‘ nagari’ . Nagari ini sendiri berarti desa yang sudah menurut pada pembagian administratif sesuai dengan batas wilayah dan kewenangannya.
Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.

5. Ketentuan Matrilineal Rumah Gadang

Rumah Gadang Interior
Rumah Gadang menganut sistem mantrilineal atau dominasi  oleh wanita pada ketentuan dan aturan yang mengikat pada sebuah Rumah Gadang.
Jumlah kamar Rumah Gadang ditentukan dari banyaknya jumlah perempuan yang menghuninya. Setiap wanita yang sudah menikah akan memiliki kamar sendiri untuk ditempati, sedangkan para gadis akan disatukan dalam sebuah kamar tidur pada ujung dari Rumah Gadang. Untuk wanita lanjut usia dan anak-anak akan tidur di kamar yang berdekatan dengan dapur.
Rumah Gadang sering menjadi warisan turun menurun dari kepala keluarga wanita kepada generasi penerus wanita berikutnya sesuai dengan adat Minangkabau yang berlaku.

6. Pembagian Ruang Rumah Gadang

Ingin tahu apa saja ruangan di dalam sebuah Rumah Gadang? Rumah Gadang terbagi atas lanjar dan ruang lepas. Cara pembagian ini ditentukan dari arah banjar tiang, yaitu tiang yang berbanjar dari depan ke belakang menandakan lanjar, sedangkan tiang dari kiri ke kanan menunjukkan ruang. Jumlah lanjar ini umumnya berjumlah ganjil antara 3-11 ruang, sedangkan untuk ruang lepas biasanya tergantung dari luas rumah dan tidak ditentukan jumlahnya.
Rumah Gadang Ruangan
Secara umum, Rumah Gadang memiliki dua lanjar dan dua gonjong/tanduk yang disebut dengan lipek pandan. Selanjutnya Rumah Gadang dengan tiga lanjar dan empat gonjong disebut balah bubuang, dan Rumah Gadang berlanjar empat disebut gajah maharam atau gajah terbenam.
Di bagian depan, Rumah Gadang biasa memiliki dua bangunan Rangkiang atau lumbung padi. Bagian sisi Ruang Gadang juga memiliki Anjuang atau tempat penobatan kepala adat atau pengantin.

7.Ornamen Cantik Rumah Gadang

Rumah Gadang Ornamen
Dilihat dari dekat, Rumah Gadang penuh dengan ukiran ornamen dengan beragam motif, seperti akar, bunga, daun, serta bidang empat persegi hingga pola melingkar yang saling sambung menyambung.  Ornamen ini biasanya diukir dari papan vertikal dan dilapisi dengan belahan bambu. Hasilanya adalah sebuah arsitektur megah yang punya banyak arti, fungsi, dan juga keindahan tradisional tiada duanya.


























  • KLIA2 - Minangkabau 
    International Airport.


    Rumah Ambacang 
    Homestay Bukittinggi.


    3 Kamar


    Kompleks Homestay.


    Bersama Haji Marhalim Bukittinggi.


    Santai sarapan di homestay.


    Foto adat Minangkabau.


    Peserta Padang/Bukit Tinggi

    1. Hj.Jamaluddin Asaari
    2. Hjh. Fauziyah Hassan
    3. En.Yusuf Idris
    4. Hj. Mat Said Mohamed
    5. Hjh. Hamidah Abdullah
    6. Cik Adzleen (anak)
    7. En. Saarani (menantu)
    8. Cik Audadi (anak)
    9. En. Osman Itam
    10. Pn. Zana
    11. En. Khairul Azman
    12. Pn. Norhana Abd Wahab

    *ATURCARA LAWATAN (5H/4M)*

    MASJID TINGGI - KLIA
    15hb. April malam.
    Sampai KLIA / pagi. 16-4-2019

    *HARI 01* : KLIA2 - PADANG - BUKIT TINGGI

    * Berkumpul di KLIA2 2 JAM sebelum penerbangan ( 11.00 am flight )
    * Penerbangan memakan masa selama 1jam 10min untuk tiba di Bandara Internasional Minangkabau
    * Bila tiba, akan dibawa terus dengan van/ ke BukitTinggi, dalam perjalanan, singgah di Air Terjun Lembah Anai
    * Singgah di restoran tempatan untuk makan tengahari
    * Solat jamak Zohor & Asar
    * Melawat ke Pandai Sikek, Kerajinan Songket & Tempat Ukiran Kayu Jati
    * Melawat ke Pasar Atas & Jam Gadang, iaitu jam yg menjadi mercu tanda BukitTinggi ini
    * Check-in homestay, makan malam & rehat.

    *HARI 02* : BUKIT TINGGI - MANINJAU.

    * Sarapan pagi di homestay
    * Selepas sarapan, melawat ke Panorama Ngarai Sianok
    * Melawat ke Kota Gadang & Kerajinan Perak
    * Melawat ke Tasik Maninjau & Melawat Kelok 44
    * Melawat ke Muzium & Rumah Kelahiran Pak Hamka
    * Makan Tengahari di Restoran Tempatan & Solat Jamak Zohor & Asar
    * Kembali ke BukitTinggi, acara bebas
    * Makan Malam di Restoran Tempatan.

    *HARI 03* : BUKITTINGGI - BATUSANGKAR.

    * Sarapan pagi di Homestay
    * Selepas sarapan, melawat ke sulaman Hjh Rosma di Kampong Baso
    * Melawat ke Tabek Patah, Pembuatan Kopi & Kerepek Pisang
    * Melawat ke Batu Sangkar untuk melihat Istana Pagaruyung
    * Melawat ke Tasik Singkarak
    * Balik ke Hometay, acara bebas
    * Makan Malam di Bukit Tinggi. 

    *HARI 04* : BUKITTINGGI - PADANG CITY TOURS.

    * Sarapan pagi di homestay
    * Selepas sarapan, kemas barang & check-out homestay.
    * Bergerak menuju ke Padang
    * Bila tiba di Padang, City Tours Padang
    * Masjid Padang
    * Pantai Malin Kundang
    * Pantai Padang
    * Makan malam di Padang.
    * Menginap di Musafir Inn.

    *HARI 05*

    * Sarapan di Padang.
    * Ke Bandara Minagkabau.
    * Penerbangan pulang ka KLIA 8.25 am
    * Tiba di KLIA2 1jam 10min kemudian, In sya Allah. 10.35 am.
    at March 09, 2019
    Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest

    No comments:

    Post a Comment

    Newer Post Older Post Home
    Subscribe to: Post Comments (Atom)

    KONVO KPTI KE-17

    I JUN 2025 - UPSI Pelajar Terbaik Keseluruhan 2025 Pengurus2 Cawangan KPTI  Pelajar, Pengurus Terbaik 2025 DEWAN TUANKU CANSELOR  Bersama ke...

    • PANTUN BANJAR NUSANTARA 2020-2024
      Matan Taiping ka Alor Setar,  Handak tulak ka Pokok Sena,  Akok ngaran Si Wadai Banjar,  Gasan juadah babuka puasa, Basurah Banjar kana ba...
    • KAMUS BANJAR - MELAYU - INGGERIS
      SEBAHAGIAN DARIPADA PARKATAAN BANJAR Dengan nama Allah yang maha pemurah lagi maha mengasihani. Kami panjatkan puja dan puji syukur ata...
    • AL-ATHAR 2023-2026 MASEHI
      Mandai, tarong babanam,  kali babanam, karabu jalukap.  Kuliah Dhuha Perdana  14.06.2025 SABTU Qorban 7.6.2025 Padang Madrasah Al-Akhlak  SO...

    About Me

    My photo
    JAMALUDIN ASAARI
    View my complete profile

    Blog Archive

    • May 2025 (1)
    • March 2025 (2)
    • February 2025 (1)
    • January 2025 (3)
    • December 2024 (2)
    • November 2024 (4)
    • October 2024 (2)
    • September 2024 (3)
    • August 2024 (3)
    • July 2024 (4)
    • June 2024 (2)
    • May 2024 (3)
    • April 2024 (2)
    • March 2024 (2)
    • February 2024 (1)
    • January 2024 (2)
    • December 2023 (2)
    • November 2023 (1)
    • October 2023 (1)
    • September 2023 (1)
    • August 2023 (2)
    • July 2023 (3)
    • June 2023 (2)
    • May 2023 (1)
    • April 2023 (1)
    • March 2023 (2)
    • February 2023 (3)
    • January 2023 (1)
    • December 2022 (2)
    • October 2022 (4)
    • September 2022 (1)
    • August 2022 (3)
    • July 2022 (3)
    • June 2022 (2)
    • April 2022 (1)
    • March 2022 (1)
    • January 2022 (1)
    • December 2021 (1)
    • November 2021 (1)
    • April 2021 (1)
    • March 2021 (1)
    • December 2020 (1)
    • October 2020 (1)
    • September 2020 (2)
    • July 2020 (1)
    • May 2020 (1)
    • April 2020 (1)
    • March 2020 (1)
    • October 2019 (4)
    • September 2019 (1)
    • July 2019 (1)
    • May 2019 (1)
    • March 2019 (2)
    • February 2019 (1)
    • January 2019 (6)
    • December 2018 (9)

    Report Abuse

    • Home

    Search This Blog

    Watermark theme. Powered by Blogger.